Pernah ga kalian ga percaya sama doa-doa? I was.
Aku pernah sekali dalam hidupku, berhenti berdoa, berhenti meminta pada Tuhan. Ya,
aku Islam, aku tetep sholat, tetep melakukan kewajibanku, tapi hanya itu yang
aku lakukan. Tidak lebih. Merasa tidak perlu meminta lebih lagi, memohon lebih
lagi untuk mencapai keinginanku.
Kalian mungkin bingung, kalo km percaya Tuhan
itu ada, seharusnya kamu juga percaya bahwa Tuhan itu bisa segalanya. Ya, aku
tahu Tuhan bisa melakukan apapun. Tapi kalo Tuhan bisa melakukan apapun, kenapa
Tuhan ga mengabulkan permintaanku? Padahal seharusnya mudah bagi Tuhan untuk
melakukan itu. Kira-kira begitulah pikiranku saat itu.
Lalu permintaan apa yang ga bisa dikabulkan
Tuhan versiku? Okelah, aku jujur aja sama kalian, kalo aku pengen banget nikah
tahun 2012. Tepatnya 12 Desember 2012. Tanggal paling cantik menurutku. Aku pengen
banget hari itu jadi hari paling bahagia dalam hidupku. Menikah sama orang yang
tepat, wow, itu adalah pencapaian luar biasa dari targetku tahun itu.
What? Nikah jadi target? Jangan kaget, ah. Iya,
nikah pas tanggal paling cantik itu adalah target paling luar biasa selama 5
tahun. Bayangkan kalo target besarmu selama 5 tahun terakhir gagal. Gagal total
sodara-sodara. Padahal aku udah milih-milih gaun pengantin, udah nyari-nyari
tempat make up pengantin yg oke, udah nanya-nanya persiapan apa yang harus
disiapkan saat mau nikah, jd begitu ada pangeran ganteng yang datang ngelamar
aku, bisa langsung tancap gas. Hehehe….
Gila ya, iya, aku ngaku kalo aku emang gila. Gila
karena mimpi gila dan salah menafsirkan buku-buku motivasi gila yang sempet aku
baca. Ada buku yang entah yang mana yang kubaca saat itu, yang mengatakan kalo
mau punya pasangan, silakan bayangkan bahwa anda sudah punya pasangan, dan silakan
mempersiapkan kehadirannya, walaupun sebenernya belom ada tuh jodohnya. Dan hal
bodoh yang aku lakukan adalah nurut aja apa kata buku motivasi itu tanpa
ditelaah dulu, kira-kira jadi gila ga kalo aku nuruti buku itu. Dan ternyata
bener kan, aku jadi terobsesi sama mimpi itu. Sampe-sampe aku berencana mau
buat list undangan dan biaya yang bakal aku keluarkan. *silakan ngakak dan
ngatain aku gila*
Oke, kita kembali ke pembahasan awal, gimana
bisa obsesi itu bisa meruntuhkan kepercayaanku terhadap doa-doa. Gini, pernah
ga kamu pengen sesuatu setengah mati, selama 5 tahun, dan ketika saatnya sudah
hampir tiba, segalanya begitu menyebalkan. Dan kamu harus menghadapi hal
menyebalkan. Karena hampir semua orang yang follow twittermu, orang yang jadi
friends di facebookmu, dan yang ada di kontak bbm mu, tahu kalo kamu teramat
sangat terobsesi dengan tanggal itu, dan kamu gagal mencapainya. Baah! Pengen ngamuk?
Iya. Pengen ngilang dari dunia (ngilang beda sama mati ya)? Banget. Malu,
jengkel dan haloo,, kemana itu doa-doa yang selalu aku panjatkan? Kemana perginyaa???
Gitu kali ya protes dari hatiku yang terdalam.
Sejak saat itu, aku berhenti berdoa. Percuma
kan susah-susah berdoa kalo ga terkabul. Dan aku menjalani hidupku selama
berhari-hari dengan skeptik, ditambah lagi, my beloved boy, pergi gitu aja
ninggalin aku, tanpa sebuah alasanpun yang ditinggalkan untukku. Galau to the
max, banget ga kira-kira.
Lalu aku berusaha untuk berdamai dengan
kegagalan dan ketololan. Aku mengundurkan niatku menikah jadi sampe taun 2013. Ya,
nikah jadi resolusiku tahun 2013. Sampe pada akhirnya, ketika perayaan tahun
baru ala aku dan teman-temanku, dengan truth or dare dan permainan uno sampe
dini hari, pas ditanya apa resolusiku tahun 2013, dan jawabanku tetep masih mau
menikah, salah seorang teman dengan sangat tidak sopan dan menohok bilang, “resolusi
kok ga pernah berubah, neng?” dan kamu tahu rasanya ditusuk pake pisau ga
kentara tepat di pusat jantungmu, kayak gitu kali ya rasanya. Nancep banget. Dan
akhirnya, setelah obrolan berakhir dan aku harus kembali ke rumah yang
kucintai, aku mulai berpikir.
Apa bener nikah bisa dijadiin resolusi? Resolusi
itu apa sih? Sesuatu yang bisa kita usahakan sendiri sampe tercapai kan? Menurutku
gitu sih. Tapi apa nikah ini bisa diusahakan sendiri? Kecuali kamu mau nikah
sama dirimu sendiri atau bayanganmu di cermin. Ga bisa, nikah bukan hanya tentang
bagaimana kamu mencapainya. Nikah terlalu banyak melibatkan pihak lain yang
mana tidak bisa kita kontrol. Kita ga bisa mengontrol pasangan kita, sama ga
mungkinnya dengan mengontrol orang tua dan calon mertua kita. Belom lagi kalo
harus berurusan dengan hal-hal prinsip seperti apa yang kamu inginkan untuk
mengisi pernikahan itu. masing-masing orang beda, dan harus dibicarakan lebih
lanjut memang.
Terlalu banyak hal-hal yang diluar kuasa
kita. Banyak sekali sehingga aku menyadari bahwa menikah bukanlah suatu target.
Menikah adalah masalah apakah aku dan entah siapa yang akan menjadi jodohku
nanti siap menghadapi konsekuensinya. Menikah
sangat beresiko ketika kita tidak siap menghadapinya. Bayangkan ketika dalam
pernikahan tidak ada yang mau mengalah, tidak ada kompromi. Itu akan menjadikan
pernikahanmu layaknya neraka. Aku bukannya mau nakut-nakuti ya, aku hanya mau
mengingatkan supaya siapapun yang membaca tulisan ini dan sedang menghadapi
kegalauan seperti yang pernah aku rasakan, lebih baik bersiap-siap. Berfokuslah
pada bagaimana kamu akan menjalani pernikahan, bukan pada pernikahan seperti
apa yang kalian inginkan. Ngerti kan maksudku? Jadi belajarlah jadi istri yang
baik, bukan hanya belajar masak, tapi belajarlah memahami orang lain selain
dirimu. Karena kamu dan suamimu nantinya, aku yakin tidak selalu sejalan. Betul
nggak?
Thanks buat Mr. Moody ku, yang gembul itu, yang
ga pernah berhenti buat ngingetin aku agar tidak terlalu ngotot sama
rencana-rencanaku, sampai aku paham bahwa aku belom siap nikah, Mister. You’re
right! Quote dari Mr. Moody, “Jadi orang yang sabar, ikhlas, dan cobalah
berdamai dengan dirimu sendiri. Supaya hidupmu berjalan lebih mudah.”
Dan sekarang, aku mulai berdoa lagi, untuk
mimpi-mimpiku, untuk banyak hal yang aku yakin akan terwujud. Aku mulai percaya
lagi dengan doa-doa. Karena sebenernya doa yang kita panjatkan pasti akan naik
ke Atas, ke langit, berproses, dan menanti waktu yang tepat untuk turun kembali
ke bumi, mewujudkan mimpi-mimpi yang kita titipkan pada doa-doa itu. lalu
bagaimana dengan doa-doa yang tidak terwujud? Percayalah, Tuhan selalu
memberikan yang terbaik untuk kita, dan yang kita butuhkan. Percayalah bahwa
doa-doa kita akan kembali kepada kita dalam bentuk terbaik dan dalam bentuk
yang paling kita butuhkan.
Yak, jadi karena saya belom siap nikah, mari
kita lanjutkan mimpi-mimpi yang lain, mimpi-mimpi yang sempat tertunda, dan
pastikan, mulut dan hati kita tidak pernah berhenti berdoa, juga tangan kita,
jangan sampai berhenti berusaha. Sekian.
Sweethouse, 11-01-13
0 komentar:
Posting Komentar