Click Here For Free Blog Templates!!!
Blogaholic Designs

Pages

Rabu, 14 Maret 2012

Yu' Widji, Penjual Jajanan Tradisional itu Telah Tiada

Yu' Widji, salah seorang penjual jajanan tradisional yang selalu menggelar dagangannya di salah satu pasar pagi d kota Kediri ini, telah tiada. Mungkin kalian heran, kenapa aku harus menulis tentang Yu' Widji. Bukan, dia bukan kerabat dekat ku, bukan pula sahabat keluargaku. Dia hanyala penjaual jajanan tradisional di pasar pagi. Lalu kenapa dia? Seorang pedagang jajanan tradisional. Apa hebatnya dia? Apa yang pernah dia lakukan sampai aku harus menulisnya?

Tidak ada alasan khusus sebenarnya. Dan tentu saja dia bukan orang hebat sepeerti yang kalian duga. Kalau dia hebat tentulah dia tidak perlu berdagang jajanan tradisional dengan teramat sederhana di pasar pagi. Kalo hebat mungkin dia sudah jadi presiden, atau setidaknya kalau dia tidak beruntung menjadi seorang koruptor seperti yang banyak diperbincangkan di media. tapi bukan, Yu’ Widji bukanlah orang hebat seperti itu, dia adalah satu dari sekian banyak manusia yang kerap sekali diabaikan, tidak diperdulikan, tidak perlu dikenang. Dia adalah satu dari orang-orang yang hanya tau bagaimana mengisi hidupnya yang sederhana dengan hal-hal kecil dan sederhana saja.

Aku tidak teralu banyak mengenal dia. Yang aku tau, dia sudah berjualan di pasar pagi sejak puluhan tahun yang lalu, sebelum aku hadir d dunia. Itu berarti Yu’ Widji sudah berjualan lebih dari 25 tahun. Dagangan selalu sama, tidak ada perubahan berarti. Mungkin jika dulu pada awal-awal berjualan, dia hanya menjual berbagai macam jajanan tradisional, seperti cenil (di daerah lain mungkin mengenalnya sebagai klanthing), lopis, gethuk, gathot, tiwul, ketan bubuk, ketan hitam, puro (rasanya mirip puthu), dan lain sebagainya, sekarang dia juga jualan nasi pecel. Itu saja yang berubah. Bahkan tempat berjualannya juga sama, kios pojok kanan depan di pasar pagi. Dengan layout yang tidak berubah. Cara berjualan juga tidak berubah, tidak menggunakan media promosi apapun, hanya mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut, dan turun temurun, sampai anak cucu pelanggan pada masa awal dia berjualan.

Berjualan jajanan tradisional di era serba modern seperti ini saja sudah sulit, apalagi ditambah promosi yang kurang semacam itu. Hebatnya Yu’ Widji mampu bertahan, walau tidak ada perubahan yang signifikan, tapi dia tetap bertahan sampai lebih dari 25 tahun. Coba kalian hitung, berapa banyak generasi muda yang mau makan makanan tradisional macam itu? Tentu mereka akan lebih suka makan kentang goreng dan burger. Dan Yu’ Widji tetap bertahan untuk menjual jajanan tradisional macam ini. Mungkin karena dia ingin melestarian makanan murah nan nikmat tersebut. Agar tetap terus ada, tak perduli modernisasi berusaha untuk menggerusnya. Dengan jajanan sederhana, kios sederhana, dan sikapnya yang selalu ramah kepada para pelanggannya.

Dan begitulah, ternyata Yu’ Widji tetap harus mengalah dengan usia, tetap harus kalah dengan kematian. Perjuangan yang lebih berat tentu sedang menantinya di luar sana.

Jika Yu’ Widji yang sudah renta mampu bertahan, maka kita yang masih muda harus tetap maju, tidak ada pilihan lain. Semangaatt!!!!

0 komentar:

Posting Komentar